Terjemahan Bahasa

Kamis, 26 April 2012

HATI YANG SENANTIASA BERDOA

ROMA 8:17-29
KOLOSE 1:3-4
“…imanmu di dalam Kristus.”


Banyak orang yang hanya berdoa kepada Allah setelah mereka menghadapi bahaya besar, sakit parah, atau bencana mendadak dalam kehidupan mereka. Setelah dikecewakan oleh diri sendiri dan orang lain, upaya terakhir mereka adalah berseru kepada “allah” mana saja yang bisa menolong mereka yang sedang putus asa dan tidak berdaya. Sayangnya, banyak orang yang tidak peduli akan keselamatan jiwa mereka. Firman Tuhan menegaskan bahwa tidak ada keselamatan di luar Juruselamat Yesus Kristus (Kis. 4:12).
Sebagian orang Kristen yang lemah dan terlalu malas untuk berdoa, mengatakan bahwa Allah yang mahatahu tentu mengetahui kebutuhan mereka, dan karena itu sudah cukup kalau mereka percaya kepada Tuhan dan hanya berdoa kepada Tuhan jika mereka memiliki masalah besar saja. Apakah mereka benar? Hanya Allah yang benar. Mereka salah. Kita berdoa itu bukan hanya untuk memohon keperluan kita kepada Tuhan. Doa adalah suatu sarana untuk membuat kita tetap berhubungan dengan Allah, yang merupakan hidup dan kekuatan kita. Doa adalah nafas rohani kita. Tak seorang pun yang bisa hidup kalau tidak bernafas. Selain berdoa di pagi hari, sebelum makan, dan malam sebelum tidur, kita juga diperintahkan untuk selalu ada dalam sikap berdoa di dalam hati di mana pun kita berada. “Tetaplah (terus-menerus) berdoa” (1Tes. 5:17) berarti memiliki hati yang senantiasa berdoa. Apakah kita memiliki hati yang senantiasa berdoa? Jika kita lemah atau terlalu malas untuk berdoa, itu berarti bahwa kita belum dipenuhi Roh Kudus.
Kita hanya bisa menghasilkan buah Roh Kudus jika kita terus-menerus bersandar, bergantung, dan tunduk kepada Tuhan dan Firman-Nya dari waktu ke waktu, seperti suatu ranting yang melekat pada pokok anggur. Roh Kudus adalah “roh pengasihan dan roh permohonan” (Za. 12:10), dan dia bisa menolong kita dan menjaga hati kita selaras dengan Tuhan. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26). Roh Kudus bisa terus-menerus mempertahankan persekutuan kita dengan Tuhan tanpa henti, dan dengan hati yang senantiasa berdoa.

HATI YANG SALEH

IBRANI 12:18-29
YESAYA 11:2

“…roh pengenalan dan takut akan TUHAN.”

Kita hidup di dunia yang berdosa ini, dan banyak orang yang hanya menikmati hidup mereka dan melakukan apa yang mereka sukai tanpa mempedulikan Allah dan Firman-Nya. Mereka tidak peduli apakah Allah itu ada. Mereka mendukakan hati Tuhan, menghujat nama Allah. Suatu hari, mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka perbuat. Banyak orang yang menyangkal keberadaan Allah dan bahkan secara terang-terangan menyatakan kebencian mereka kepada Allah, Nama Allah, dan Firman-Nya dengan kata-kata, tulisan yang menghujat. Sungguh, “rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu” (Rm. 3:18, band. Mzm. 36:1). Orang-orang fasik yang gagal untuk takut akan Tuhan, beribadah kepada-Nya, percaya kepada-Nya, dan hidup kudus sesuai Firman Tuhan akan dihukum dan dikutuk. “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik” (2Pet. 3:7).
Kita haruslah memiliki hati yang saleh! Hati yang saleh adalah hati yang takut akan Tuhan, dan sungguh “ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1Tim. 6:6). “Ibadah” dalam bahasa Yunani adalah eusebeia, kata ini muncul lima belas kali. Eusebeia berarti “pengabdian, kesalehan terhadap Allah… secara harafiah berarti hormat kepada Allah… Menunjukkan sikap yang baik dan hormat kepada Allah ketika berbicara tentang orang Kristen, adalah sikap yang tepat untuk menghormati Allah… Ini menunjukkan suatu kehidupan yang bisa diterima Kristus, menandakan sikap yang benar dari seorang percaya kepada Kristus yang telah menyelamatkan dia“ (Dr. Zodhiates). Ini adalah “kesalehan, hormat, loyatitas, takut akan Tuhan… iman yang saleh… perbuatan saleh…” (BAGD). Jika kita memiliki hati yang saleh, kita akan takut akan Tuhan, beribadah kepada-Nya, percaya kepada-Nya, dan menjalani hidup kudus menurut Firman-Nya.
Roh Kudus adalah “…roh pengenalan dan takut akan TUHAN” (Yes. 11:2), dan Dia bisa menolong kita untuk mengenal Allah dan takut akan Dia. Semakin kita mengenal Allah, semakin kita akan takut akan Dia.

HATI YANG MERASA PUAS

FILIPI 4:10-23
1 TIMOTIUS 6:6
“Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.”
Banyak orang di dunia ini yang tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka menginginkan lebih banyak uang, harta milik, kekayaan, kehidupan yang lebih modern dan mewah, lebih banyak kesenangan dan hiburan, dan lain-lain, sehingga mereka bisa menikmati hidup mereka! Mereka menipu diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa kekayaan materi akan memberikan mereka kebahagiaan, hidup yang berarti dan memuaskan. Iblis tahu umpan apa yang cocok untuk berbagai jenis orang. Jika dia tidak dapat mengancam atau menghalangi mereka lewat penganiayaan atau pencobaan, dia akan memakai hal-hal dari dunia ini, “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan” (Mat. 13:22), dan “keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup” (1Yoh. 2:16), hal-hal ini menyumbat Firman Tuhan dan kehidupan rohani mereka agar menarik banyak orang menjauh dari Allah dan Firman-Nya. Mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi untuk mengejar apa yang mereka cintai sehingga mereka tidak punya waktu bagi Tuhan, untuk bersaat teduh, menyelidiki Alkitab, atau untuk beribadah! Sungguh mengecewakan, akhirnya, mereka menyadari bahwa tidak ada sesuatu atau seseorang di dunia ini yang bisa membuat hati mereka bahagia atau puas untuk jangka panjang.
Akan tetapi “ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1Tim 6:6). “Rasa cukup” dalam bahasa Yunani adalah autarkeia, Kata ini muncul dua kali. Alkitab King James menerjemahkannya sebagai “rasa cukup” satu kali, dan “rasa puas” satu kali. “Merasa cukup disebut juga rasa puas, akan kebutuhan hidup (2Kor. 9:8; 1Tim. 6:6)” (Dr. Zodhiates). Jika kita memiliki hati yang merasa cukup, kita akan puas dengan apa yang Allah telah berikan kepada kita dan kita akan memiliki hati yang bersyukur dan tidak akan bersungut-sungut atau mengeluh. “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1Tim. 6:8). Rasul Paulus yang dipenuhi dengan Roh Kudus, menulis, “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:11-13). Apakah kita belajar untuk selalu merasa cukup?

HATI YANG BERANI

HAKIM-HAKIM 7:1-15
2 TIMOTIUS 1:7
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
Allah tidak pernah mau memakai orang yang pengecut. Ketika Gideon mengumpulkan 32.000 laki-laki untuk berperang, Allah memintanya untuk “serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang” (Hak. 7:3). Lalu Allah memintanya untuk menguji kebiasaan mereka ketika minum di sungai, dan akhirnya hanya tiga ratus orang yang terpilih, yang bukan saya memiliki hati yang berani, melainkan juga pikiran yang jernih.
Tuhan Yesus melayani dan menaati Bapa-Nya dengan berani hingga mati. Walaupun murid-murid Tuhan Yesus mengikut-Nya selama tiga setengah tahun, mendengar pengajaran-Nya secara langsung, menyaksikan karyanya yang ajaib, dan kuasa-Nya untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, namun ketika Tuhan Yesus ditangkap, semua murid-murid-Nya meninggalkan Dia, lari menyelamatkan diri, dan Petrus menyangkal Tuhan Yesus tiga kali! Tuhan Yesus mengetahui bahwa murid-murid-Nya memerlukan kuasa Roh Kudus supaya mereka bisa dengan setia bersaksi bagi Dia dan kebenaran Tuhan hingga mati. Maka Tuhan Yesus memerintahkan mereka “kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49) dan “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Setelah Roh Kudus menguasai mereka, mereka punya keberanian untuk memberitakan Kristus dan Injil-Nya dan berkata di hadapan para pemimpin Yahudi, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis. 5:29). Puji Tuhan!
Sangatlah penting bagi kita untuk memiliki hati yang berani dan penuh kasih, pikiran yang jernih (dikendalikan diri sendiri dengan pertimbangan logis), dan tetap setia kepada Tuhan dan Firman-Nya hingga mati. Puji Tuhan untuk kasih karunianya yang cukup. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2Tim. 1:7).

HATI YANG BERHIKMAT

YAKOBUS 3:13-18
YESAYA 11:2
“…roh hikmat dan pengertian…”
Sungguh penting bagi kita untuk memiliki hikmat sejati dan ilahi dan berasal dari Allah sehingga kita bisa mengenal Dia dan kebenaran-Nya dan mengaplikasikan kebenaran-Nya dalam kehidupan kita. “Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23-24). Bapa sorgawi akan bersukacita jika kita memiliki hati yang bijaksana. “Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita” (Ams. 23:15).
Hanya Allah dan Firman-Nya yang berhikmat. Inilah sumber hikmat sejati kita. “Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit” (Ams. 3:19, band. Yer. 51:15; Dan. 2:20; Rm. 11:33), dan “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2Tim. 3:15). Tuhan Yesus Kristus adalah “kekuatan Allah dan hikmat Allah… Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1Kor. 1:24, 30). Roh Kudus adalah “roh hikmat dan pengertian” (Yes. 11:2), dan “Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Ef. 1:17).
Mengetahui bahwa Allah adalah sumber hikmat ilahi, kita harus dengan rendah hati mencari Allah dan Firman-Nya terlebih dahulu. Stefanus dipenuhi Roh Kudus. Musuh-musuhnya “tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara” (Kis. 6:10). Hikmat ilahi “pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yak. 3:17). Kita sangatlah memerlukan Roh Kudus dan hikmat-Nya!

HATI YANG RELA

FILIPI 2:1-13
KELUARAN 35:5
“…setiap orang yang terdorong hatinya…”
Allah bisa mengubah hati kita yang berdosa, penuh tipu daya, dan pemberontak menjadi satu hati yang menyerupai hati Tuhan Yesus. Namun apakah kita bersedia tunduk kepada-Nya dengan rendah hati seperti tanah liat di tangan Penjunan ilahi sehingga Dia bisa bebas melakukan karya yang baik dalam kita? “…Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1:6).
Walaupun Allah akan melakukan pekerjaan baik dalam diri kita, kita harus memiliki hati yang bersedia bekerja sama dengan-Nya dengan iman, ketergantungan, dan ketaatan. Inilah kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Allah “yang menghendaki (menginginkan-thelo) supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1Tim. 2:4) dan “karena Ia menghendaki (thelo) supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2Pet. 3:9). Namun bukannya seluruh umat manusia diselamatkan secara otomatis. Hanya orang-orang yang rela meresponi Firman dan panggilan Allah yang bisa menerima anugerah keselamatan di dalam Kristus. Firman Tuhan memerintahkan kita untuk “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Flp. 2:12). Mengapa “dengan takut dan gentar”? “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:13). Kata “mengerjakan” dalam bahasa Yunani katergazomai artinya “melaksanakan tugas sampai selesai” (Dr. Zodhiates). Karena “Keselamatan adalah dari TUHAN” saja (Yun. 2:9), kita tidak pernah dapat “mengerjakan” keselamatan kita dengan perbuatan baik dan jasa kita. Akan tetapi begitu kita telah diselamatkan oleh anugerah Allah lewat iman saja (Ef. 2:8), kita harus menghasilkan buah-buah yang baik sebagai seorang Kristen yang telah diselamatkan dengan ketergantungan dan ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagaimana ranting melekat pada pokok anggur (Yoh. 15:1-8). Jika tidak, kita akan dihajar. “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya…” (Yoh. 15:2). Apakah hal ini membuat kita takut dan gentar? Jika ya, itu karena Allah bekerja di dalam hati kamu dan saya sehingga kita bersedia melakukan kehendak-Nya! Sungguh menakjubkan! Namun, kita harus bersedia bekerja sama dengan Tuhan kita dengan iman dan ketaatan kita, jika tidak, kita akan memadamkan Roh Kudus (1Tes. 5:19) dan menghalangi-Nya bekerja dalam hati kita.

HATI YANG TEGUH

MAZMUR 57
1 KORINTUS 15:58
“…berdirilah teguh, jangan goyah…”
Bagaimanakah hati kita jika menerima kabar buruk? “Orang yang kamu kasihi meninggal!” “Rumahmu hancur total!“ “Orang jalan merencanakan untuk menghancurkan reputasimu dan ingin menghabisi nyawamu.“ “Kamu dipecat!” “Kamu sakit kanker!” Sungguh merupakan berkat yang besar jika kita bisa memiliki hati yang teguh ketika kita hidup di dunia yang terkutuk, bermasalah, dan jahat ini, belum lagi serangan dan godaan dari Iblis, si jahat, musuh kita, yang tidak akan membiarkan kita ketika kita bertekad untuk mengikut Yesus dan Firman-Nya hingga ke titik dan iota. Daud memiliki hati yang teguh. Dia percaya kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya agar dilepaskan dari masalah dan kesusahan, “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur” (Mzm. 57:7, 108:1).
Istilah bahasa Ibrani untuk “siap” adalah kûn, yang artinya “mapan, stabil, aman, abadi, teguh, tabah, pasti”. Istilah Yunani untuk teguh adalah bebaioo, dari kata bebaios yang berarti kokoh, teguh dan hedraios yang berarti menetap, teguh, kokoh). Oleh karena itu hati yang teguh adalah hati yang kokok dan setia kepada Tuhan dan Firman-Nya tanpa kompromi, tidak goyah, tidak bergeming oleh doktrin sesat, kesulitan, pencobaan, godaan, penganiayaan, atau bahaya. Melihat kepada hidup Ayub, kita melihat bahwa hatinya telah berdiri teguh dan tetap percaya kepada Tuhan hingga kematian walaupun dia kehilangan semua anak-anaknya, kekayaan, dan kesehatannya. Ayub berkata, “Sekalipun Allah akan mencabut nyawaku, aku akan tetap mempercayakan diriku kepada-Nya” (Ayb. 13:15). Bagaimana dengan Rasul Paulus? Setelah pertobatannya, Paulus melayani Tuhan dengan setia hingga mati, tanpa peduli akan semua kesulitan, perlawanan, dan penganiayaan. Paulus berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2Tim. 4:7). Dan Tuhan memakai Paulus untuk mendorong kita, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1Kor. 15:58). Bagaimana dengan kita?

HATI YANG WASPADA

MATIUS 25:1-13
LUKAS 21:36
“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa.”
Ketika sepeda motor saya hilang, saya sangat menyesal bahwa saya tidak berhati-hati. Berbicara tentang hal rohani, Tuhan Yesus Kristus memerintahkan kita untuk berhati-hati, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya” (Mat. 25:13). “Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku” (Why. 3:2).
Istilah bahasa Yunani untuk “hati-hati” dan “waspada” is grégoreuó, yang arti harafiahnya adalah bertahan tidak tidur. Dalam makna moral dan rohani, “itu menunjukkan satu kesadaran akan bahaya yang mengancam, dengan kesadaran penuh dan pikiran yang waspada, berusaha untuk tidak mengantuk, kurang iman maupun tingkah laku (Mat. 26:41). Ini menunjukkan kehati-hatian yang diperlukan untuk menghadapi rasa cemas yang diakibatkan rasa takut kehilangan keselamatan, kekuatiran atas keselamatan seseorang (Why. 3:2; 16:15). Ini berarti waspada dan berdoa menantikan saatnya Anak Manusia datang kembali. Kewaspadaan menunjukkan bahwa orang Kristen itu siaga untuk mempertahankan diri terhadap musuh rohani. Dia telah dipersiapkan dengan baik untuk segala perubahan mendadak dalam keadaannya, dan di atas segala sesuatu, agar persekutuannya dengan Allah di dalam doa tidak terganggu dan efektif”(Dr. Zodhiates).
Iblis menggunakan daya tarik atau godaan duniawi, dan juga rasa puas diri dan rasa percaya diri kita untuk mengaburkan mata kita. Sangat penting bagi kita untuk siaga dan waspada sehingga kita tidak jatuh dalam perangkap dan jerat Iblis, sehingga kita jangan sampai ditarik menjauh dari Allah dan Firman-Nya, jangan sampai kita kehilangan pahala kita, dan jangan sampai kita malu ketika Tuhan Yesus Kristus datang kembali.

HATI YANG PENUH HARAPAN

MAZMUR 71:1-16
1 TIMOTIUS 1:1

“Kristus Yesus, dasar pengharapan kita.”

Banyak orang yang merasa hidupnya tidak berarti lagi ketika apa yang mereka harapkan sudah tidak ada, atau pun orang yang mereka kasihi telah tiada. Sangat menyedihkan bahwa banyak orang yang akhirnya menjadi depresi dan putus asa. Banyak orang yang begitu berduka karena kehilangan orang yang mereka kasihi dan merasa “tidak mempunyai pengharapan” (1Tes. 4:13). Bagaimana dengan kita? Apa yang kita harapkan? Untuk siapakah kita hidup? Apakah kita berharap dan hidup bagi Allah dan Firman-Nya? “Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap” (Mzm. 39:7) dan “Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH” (Mzm. 71:5), dan “Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya” (Mzm. 130:5). Puji Tuhan! Apa pun yang terjadi pada kita, kita bisa memiliki damai dan diberkati sebab kita percaya dan berharap pada Allah kita, Tuhan yang mahakuasa dan berdaulat, serta Firman-Nya. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN” (Yer. 17:7).
Istilah Ibrani untuk “harapan” adalah tiqvah, kata ini muncul sebanyak 34 kali. Istilah Yunani untuk “harapan” adalah elpis, kata ini muncul sebanyak 54 kali. Untuk memiliki hati yang penuh harapan kepada Allah dan Firman-Nya, kita harus menjadi anak Allah, sebab jika tidak, maka kita “tanpa Kristus… tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef. 2:12). Pertama-tama kita tidak boleh berharap kepada diri kita sendiri dan natur kita yang berdosa. Kita harus mengakui bahwa kita tersesat, dan kita tidak pernah bisa mengubah hati kita sendiri, tidak juga dengan perbuatan baik atau ritual keagamaan. Kemudian, kita harus datang dengan rendah hati kepada Tuhan Yesus Kristus dalam pertobatan, berseru memohon keselamatan, penebusan, dan pembebasan-Nya, dan mengundang Dia untuk memerintah di dalam hati kita sebagai Raja dan Tuhan kita. “…Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan” (Kol. 1:27). Tuhan akan memenuhi kita dengan pengharapannya yang hidup dengan kuasa Roh Kudus. “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm. 15:13). Kemudian, kita bisa berharap kepada Tuhan dalam segala hal.

MEMILIKI HATI TUHAN

ROMA 8:28-39
1 YOHANES 3:2

“…kita akan menjadi sama seperti Dia…”
Roh Kudus berdiam di dalam kita bukanlah untuk memberi kita kuasa untuk menjadi seorang yang istimewa, melainkan agar kita menjadi orang Kristen yang menyerupai Kristus. Tuhan Yesus Kristus juga dipenuh Roh Kudus yang sama, para rasul-Nya dan anak-anak-Nya juga dipenuhi Roh Kudus yang sama, dan kita diperintahkan untuk terus-menerus “dipenuhi Roh Kudus”. Kita tidak bisa mengharapkan hal yang berbeda dari Roh Kudus yang sama, yang telah bekerja dalam hati dan hidup Tuhan Yesus, para rasul-Nya, dan anak-anak-Nya sebagaimana yang tercatat dalam kitab suci. Tuhan Yesus tidak pernah melakukan mujizat untuk dipertontonkan. Dia hanya mencari kehendak Bapa-Nya dan Dia menaati Bapa-Nya hingga mati tanpa kompromi, keraguan, pertanyaan, sungut-sungut, atau pun pemberontakan.
Roh Kudus disebut “Roh Yesus Kristus” (Flp. 1:19), “Roh Kristus” (Rm. 8:9; 1Pet. 1:11), “Roh Anak-Nya” (Gal. 4:6). Jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita harus menjadi seperti Kristus dan memiliki hati yang menyerupai hati Tuhan Yesus. Sesungguhnya, kita dalam proses pengudusan oleh Roh Kudus untuk “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Rm. 8:29) dan ketika Tuhan Yesus datang kembali, “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1Yoh. 3:2). Kemudian, kita harus mengarahkan mata kita kepada Juruselamat kita Yesus Kristus, teladan kita yang sempurna, dan dengan iman, ketergantungan, dan ketaatan yang rendah hati, maka Roh Kudus akan mengubahkan kita hari demi hari menjadi semakin menyerupai Kristus, iman-Nya yang tak tergoyahkan dan harapannya kepada Allah dan Firman-Nya, ketaatan-Nya yang berani kepada kehendak Bapa-Nya hingga mati tanpa kompromi, tujuan dan motivasinya untuk memuliakan Bapa-Nya saja, kekudusan, kesalehan, kebenaran, keteguhan, kewaspadaan, dan hati-Nya yang selalu berdoa, pelayanan-Nya yang rendah hati, hikmat, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
Apakah kita sungguh-sungguh ingin menyerupai Kristus? Hanya Roh Kudus yang bisa menjadikan kita menyerupai Kristus. Apakah kita selalu tunduk kepada kendali Roh Kudus dan Firman-Nya? atau tidak? kita masing-masing menjawabnya.